Beberapa waktu yang lalu saat saya pulang ke kota kelahiran saya yaitu Demak, saya menyempatkan untuk mengunjungi kawasan konservasi hutan mangrove Dusun Tambak Sari, Desa bedono, Kec. Sayung (setidaknya seperti itu yang tertulis di papan sepanjang jalan menuju ke lokasi). Niat saya mengunjungi hutan mangrove ini sebetulnya karena penasaran dengan beberapa postingan sedulur Warga DEMAK sebelumnya yang telah mengunjungi tempat ini. Ya penasaran karena dalam imajinasi saya, saya akan mendatangi lokasi yang asri, rindang, penuh dengan pepohonan mangrove yang rimbun, banyak bertemu dengan satwa-satwa yang tinggal di sana seperti burung bangau, biawak, binatang-binatang laut, dan lain-lain. Selain keindahan dalam imajinasi saya tersebut, saya juga berniat melihat hasil bibit mangrove yang pernah saya tanam bersama kawan-kawan Pencinta Alam SMAN 1 Demak di dekat lokasi itu sekitar dua tahun yang lalu.
Menjelang sore saya sampai di lokasi. Saya memarkirkan kendaraan saya di lokasi parkir yang sudah di sediakan oleh penduduk setempat dengan biaya Rp. 2000/kendaraan. Tanpa menunggu lama saya langsung menuju ke lokasi. Untuk mencapai lokasi hutan mangrove ini, kita harus berjalan kaki selama sekitar 10 menit menembus perairan dengan jalan beton yang sudah dibangun menyerupai jembatan. Ya memang lokasi ini mirip sekali dengan pulau kecil, bahkan saat ini memang sudah menjadi pulau. Tetapi sebetulnya lokasi ini dulunya adalah sebuah desa dengan pemukiman yang cukup padat dan masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, akibat dari abrasi air laut yang terus menerus terjadi, maka sekarang lokasi pemukiman ini telah “tenggelam” dan hanya menyisakan pulau kecil yang dipenuhi dengan hutan mangrove. Di ujung pulau kecil ini, menghadap ke laut jawa terdapat sebuah makam seorang pemuka agama Islam yang dulunya merupakan seorang tokoh penyebar Agama Islam pada masa pasca Wali Songo yang bernama KH. Abdullah Mudzakir.
Recent Comments